Bersediakah engkau mengaji ?
Mungkin kalimat itu yang khan keluar dari bibir Lastri
Jika memang Karto Gembol mencintai
Bersediakah menjadi imam sholatku ?
Mungkin kalimat itu yang akan beradu
Jika memang dua hati bertemu
Laki-laki gagah dengan bekas-bekas luka
Terlihat berwibawa penuh selaksa sukma
Terbersit rasa suka dihati
Tapi malu adalah perhiasan Lastri
Bukan lengan gagah khan melindungi
Hanya teduh mata wibawa menentramkan hati
Bukan otot kawat balung wesi tanpa tanding
Hanya kepolosan, kejujuran dan kesetiaan tanpa banding
Itulah yang dilihat Lastri pada preman pasar itu
Pada tiap sore merekah merah di mayapada bersatu
Rasa tertarik hati datang dan pergi saat ngaji
Disurau pasar dekat kali
Pernah sekali, Lastri melihat Karto Gembol tersenyum
Meski tak sebersih para santri, wajah itu bagai lembayung
Pernah juga, Lastri melihat laki-laki itu merenung
Mata apinya, tertutup mendung.
Apakah yang kau pikirkan itu wahai ksatria ?
Bukankah kokoh lenganmu siap menghadapinya ?
Realitas dunia adalah taman bermain bagimu
Dan cinta kita pasti bersatu ?
Gumam Lastri suatu hari
Tatkala mendung kembali hinggap dimata sang lelaki
Ah.. cintakah ini ?
Tepis Lastri dalam-dalam
kembali ke peraduan
Ah.. pantaskah ini ?
Tukas Lasti dalam hati
sambil melewati hari
Hasrat hati ingin mengukir belahan jiwa
Wicara tak pernah bersua
Hasrat diri ingin mengukir masa depan
Entah bagaimana cara…
(* picture taken from 18thcenturyblog.com )
...terbaca 338 kali...