Selembar uang berwarna ungu
menelisik dalam kutang lusuh
Bersama peluh keringat kerja Parti
Menghibur hati setiap lelaki
Dari preman pasar sampai camat
Silahkan datang dengan cawat
Apapun keinginan syahwat bisa lewat
Tapi jika istri tau bikin gawat
Tersenyum simpul Parni
Karto Gembol ngajak saresmi
Tanpa dibayarpun Parti bersedia
Kata orang ini namanya cinta
Ah..
Tidak ada cinta bagi pekerja sepertinya
Uh..
Seperti itu kata orang padanya
Ah..
Di mata Karto, Parti temukan kedamaian
Uh..
Seorang laki-laki sejati dalam pelukan
Dengus nafas lelah mendera
Sesungging senyum menghias pipi menua
Parti melayani bak seorang istri
Untuk Karto Gembol seorang,
Parti bersedia jadi permaisuri
Aku juga manusia kang..
Aku tahu bahwa hatimu milik Lastri
Izinkan kau jadi milikku
Meski hanya sesaat
Dalam peluk erat penuh sesat
Pelacur tua yang tak lagi nikmat
membatin penuh hikmat
Dari derit bambu ranjang penuh noda
Hati Parti menjerit
Secuil cinta tersisa menggoda
Saat umur menjelang menemui Pencipta
Sebuah telaga air jernih di padang pasir gersang kehidupan
Kata orang telaga itu bernama fatamorgana
dan air jernih itu air mata
seorang pelacur tua
mengisi hari-hari sepi
(Malang, 08 Maret 2010 lanjutan dari Balada Karto Gembol (1) )
(* pic illustration taken from here )
...terbaca 328 kali...