Saridin dan Mahasiswa

Kemaren Saridin mencoba mencari tau keberadaan salah satu senior yang Saridin tau pernah merubah struktur organisasi lembaga mahasiswa dari yang semula senat menjadi dewan dan ikut serta dalam menata perundang-undangan dasar lembaga mahasiswa yang dikenal sebagai AD/ART.

Dalam pertemuan singkat tersebut, saridin mencoba menceritakan beban temen-temen lembaga mahasiswa terhadap kondisi ke-kini-an yang dialami oleh pegiat kelembagaan saat ini.

“Pakdhe.. udah denger kabar kalo ospek ditiadakan ?” to de poin saja Saridin menyampaikannya. Sambil membakar surya 12 kesukaannya, tokoh kita satu ini hanya tersenyum dan bilang “ya.. aku sudah mendengarnya”.

“Trus.. komentar njenengan seperti apa ?” kata Saridin ndak tahan menunggu jawaban. “Hmm.. tentang apa ?” kata tokoh kita satu ini dengan tetap nyantai saja.

“lho.. gimana tho ? Ya tentang peniadaan ospek trus ospek dipegang sama dosen itu lho.. piye tho ?” tukas Saridin gusar.

“Hmm.. apa yang kamu ketahui tentang sekolah ? Apa yang kamu tahu tentang kuliah ? Seberapa besar sekolah itu mempengaruhi hidup ?” dengan cepat orang tua itu nyerocos begitu saja.

“waduh.. ya.. seharusnya khan sekolah itu murah ? Adalah tugas negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Adalah hak warga negara untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Adalah keinginan masyarakat dan warga negara untuk punya pendidikan tinggi. Biar bangsa ini gak tambah ndeso Pakdhe..” kata Saridin merasa idealis.

“Menurutmu, kanjeng Nabi itu lulusan universitas mana ? Menurutmu, Nabi Nuh itu jurusan kelautan dari universitas apa ? Kalo Nabi Isa itu kira-kira professor sosiologi dari universitas apa ? Atau.. bahkan yang namanya Sidharta Gautama putra itu bisa linuwih apa gara-gara bapaknya itu kebetulan seorang raja, sehingga bisa kuliah ngungkuli langit (melebihi langit : jawa red.) ?”

Tanpa memberikan kesempatan Saridin bicara, Pakdhe menambah berondongan kata-katanya…

“Bahwa mereka adalah orang-orang hebat di jaman dan kaumnya masing-masing adalah kebenaran sejati yang tidak bisa dibantah oleh siapa saja. Silahkan tanyakan kebenaran ungkapan-ungkapan mereka. Debatlah apapun yang mereka sampaikan, tapi saya yakin bahwa njenengan ndak bakal mampu mengalahkan kebesaran nama mereka.

Mereka bukan lulusan universitas manapun di dunia ini. Dan yang mereka lakukan masih hidup bahkan ketika jasad mereka sudah tidak ada di dunia ini.

Andaikata para nabi sekalipun ndak anda reken karena anda memilih atheis, maka coba lihat Che Guevara yang tidak menggunakan kemampuan dan skill dokternya untuk dirinya. Seorang Marx tidak bisa kaya sampai hembusan nafas terakhir hidupnya.

Ilmu yang anda dapatkan dengan harta banyak atau sedikit tidak membuat anda lebih baik atau lebih buruk dari orang lain. Tidak membuat anda miskin atau kaya. Tidak membuat anda menjadi jelek atau cakep.

Diri anda sendirilah yang pada akhirnya menentukan anda bakal menjadi orang seperti apa. Akan menjadi manusia sejati seperti nama orang-orang yang saya sebut diatas ataukah hanya menjadi manusia biasa yang hilir mudik di depan jalan itu ?”

Sekian menit kata itu terhenti. Dan mata Saridin melihat seorang tukang becak melintas di depan matanya.

“Dan bahkan tukang becak yang mengayuh becak di depan itu lebih kaya dan lebih berani daripada para mahasiswa saat ini karena dia memilih untuk menjadi tukang becak.” ujar pakdhe sambil berdiri dan berlalu dari pertemuan itu.

26 Agustus 2007

...terbaca 463 kali...